KONSEKUENSI HIJRAH
*KONSEKUENSI HIJRAH*
_oleh : Rendy Saputra_
Masih dalam rangkaian tulisan tentang Hijrah Bisnis. Semoga semakin memantapkan langkah kawan-kawan untuk serius berhijrah.
*_"Bismillah, doain lagi hijrah nih."_*
Kalimat itu sering kita dengar. Bahkan semua acara da'wah sekarang mengangkat tema Hijrah dengan baik. Salut dan sangat mengapresiasi kerja sahabat-sahabat di medan da'wah.
Namun ada yang jarang terbahas ketika kita membahas Hijrah. Kita jarang membahas konsekuensinya. Kita jarang membahas Hijrah pada tataran fundamental. Kita jarang merenungi suasana batin para Muhajirin yang bergerak hijrah ke Yatsrib saat itu.
Tulisan kali ini akan berfokus membahas pada suasana batin para Muhajirin. Semoga kita yang berniat Hijrah dapat mengambil pelajaran yang baik atasnya.
*****
Hijrahnya Rasulullah Shallallahu'alaihi wassalam ke Madinah *bukanlah representasi dari keputusasaan*. Ia adalah murni perintah Allah. Dan jika memilih mengikuti syahwat diri, tentulah lebih wnak untuk tetap tinggal di Mekkah.
Mekkah bagi Nabi dan para pengikutnya adalah kota kelahiran. Kota dimana banyak keluarga dekat berada. Kota dimana penghidupan pun terbangun. Kota dimana telah dibangun harta benda.
*Perintah hijrah ke Yatsrib adalah perintah yang sungguh tidak mengenakkan*. Jika bukan karena keimanan dan ketaatan kepada Allah dan RasulNya, niscaya tidak ada kata melangkah untuk hijrah.
*****
*Konsekuensi pertama pada Hijrah adalah meninggalkan yang dicintai.* Ada tanah kelahiran yang harus ditinggalkan. Ada harta benda yang tidak bisa semua dibawa, perjalanan Mekkah ke Yatsrib bukan sembarang perjalanan. Ada sahabat dekat yang juga harus ditinggalkan. Semua kenikmatan status quo itu harus ditinggalkan.
Ini mirip dengan Hijrah didalam bisnis. Bagi yang serius berkiblat pada permodalan berbasis syirkah, tentulah harus menutup lubang-lubang riba secara massive. Ada harta yang harus dilikuidasi, ada asset diam yang harus direlakan. Untuk kemudian memulai dari nol. Ini jelas jalan gak enak.
Jika awalnya berbisnis di tempat yang syubhat, ada kenikmatan cashflow yang harus ditinggalkan. Yang awalnya 1-2M hanya perkara suap 1 malam, hari ini harus berjibaku dengan 1 outlet kuliner yang berkisar 4-6 juta per hari. Ada kenikmatan yang harus ditinggalkan. Bisa dibayangkan ya?
Jika awalnya punya banyak kawan dibisnis sebelumnya, begitu hijrah... kawan-kawan yang dulu membersamai di tempat-tempat maksiat, kemudian harus ditinggalkan. Semua tentu tidak mudah. Hidup menjadi sunyi. Tidak ada hingar bingar canda tawa tengah malam. Semua mendadak harus ditinggalkan.
*****
Konsekuensi kedua adalah jalan hijrah pasti menguji keseriusan.
Saya dipertontonkan kisah Hijrah Sahabat. Sahabat Ali bin Abi Thalib yang bertugas menggantikan Nabi di tempat tidur. Harus berhijrah sendirian dari Mekkah ke Yatsrib karena harus bergerak terakhir.
Berjalan sendiri di tengah gurun.
Tanpa alas kaki.
Menempuh gersang dan tandusnya gurun.
Beliau hanya berbekal 1 buntalan pakaian.
Air mata ini tetiba meleleh. Itulah kiranya yang akan kita lalui ketika berhijrah. Perjalanan yang tidak mudah, sepi, sendiri, mungkin penuh luka.
Dalam hijrahnya bisnis, tak jarang diantara para muhajirin bisnis yang harus kehilangan orderan. Artis yang hijrah jelas kehilangan kesempatan main film yang isinya berseberangan dengan nilai yang beliau anut. Pengusaha kontraktor yang anti suap, jelas harus kehilangan proyek di beberapa titik. Perjalanannya tidak mudah.
*Maka Hijrah membutuhkan validasi iman.* Akankah kita serius menempuh perjalanan hijrah ini, atau tidak?
*****
Konsekuensi yang ketiga dari hijrah adalah diujinya sangka baik.
Perhatikan suasana batin para Muhajirin saat bergerak ke Yatsrib.
Nanti tinggal dimana?
Nanti kerja apa?
Sampai di Yatsrib nasib bagaimana?
Hal itulah yang terus menerus berputar di kepala para Muhajirin. Namun karena kiatnya iman mereka, maka cukuplah Allah dan Rasul saja yang menjamin semuanya.
Hijrah ini perintah Allah.
Hijrah ini bersama Nabi.
Hijrah ini dijamin Allah.
Cukup. Bismillah. Hayuk melangkah.
Tidak ada keraguan. Walau diperjalanan kering kerontang. Walau kaki luka tergesek kerikil tajam. Walau langkah sudah payah. Tetapi harapan iman tetap menyala.
Ketika bisnis kita dihijrahkan, inilah konsekuensi sangka baik yang harus kita tanamkan.
Jika meeting dihentikan untuk shalat tepat waktu, insyaAllah, Allah akan mudahkan proses bisnis kita.
Jika setiap mau meeting kita awali dengan 1 halaman Qur'an, InsyaAllah, Allah akan menuntun fikiran kita, merencanakan yang baik-baik.
Jika bisnis kita diniatkan untuk membantu ummat, insyaAllah, Allah akan membersamai bisnis ini.
Allah tidak akan meninggalkan Hambanya yang berniat berhijrah kepadaNya. Yang dibutuhkan adalah sangka baik akan destinasi hijrah ini. InsyaAllah berkah dan penuh rahmah.
*****
Kiyai Saya menepuk pundak Saya saat kami sarapan pagi.
_"Rend, kalo antum niat hijrah, itu seperti pindah dari sungai, ke Samudera. Paus itu di samudera, bukan di sungai. Tapi, ketika antum melewati bagian transisi antara air sungai dan air laut, disitulah ujiannya. Melewati muara itu tidak mudah. Airnya payau, dan endapannya banyak, celahnya sempit. Disitulah ujiannya."_
Nampaknya memang benar. Setiap hijrah itu diuji. Meninggalkan sosmed yang dicintai. Bekerja dalam sunyi sepi apresiasi. Menghadapi hal-hal yang tak pernah dibayangkan sebelumnya. Itulah konsekuensi hijrah bagi para muhajirin.
Apapun episodenya, tidak ada kekalahan pada saat kita serius makin taqwa ke Allah. Tidak ada kerugian pada saat mendapatkan cinta Allah. Dan tidak ada nestapa dunia, ketika saat di akhirat masuk surga Nya Allah.
Semoga kita semua dikarunia mati baik. Mati dalam berjuang. Mati dalam kebaikan. Mati tanpa hutang. Mati tanpa menzalimi orang. Mati dalam jejak wakaf yang panjang.
*KR Business Notes*
_Rabu, 9 Januari 2019_
_Silakan *COPY PASTE* dan *FORWARD* tulisan ini ke jejaring sahabat Anda. Semoga manfaat._
_Bagi sahabat yang ingin berlangganan *tulisan Bisnis dari Kang Rendy tiap hari* silakan gabung *WA Group KR Business Notes* dengan cara klik bit.ly/gabungkrbn ya_
*GRATIS*
0 komentar: